Tahun Politik, Rumah Seharga Rp700 Juta Jadi Incaran
Menjelang akhir tahun 2017, sederet peristiwa penting di sektor industri properti terjadi di sepanjang tahun ini. Mulai dari kebijakan pemerintah yang berpengaruh besar dalam sektor properti.
Kebijakan tersebut seperti BI 7-Day Repo Rate, penutupan Tax Amnesty, penyesuaian Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP), Paket Kebijakan Ekonomi, kehadiran berbagai proyek infrastruktur baru yang memberi potensi bagi bisnis properti, serta kondisi pasar properti yang sangat dinamis.
Head of Marketing Rumah.com Ike Hamdan mengatakan bahwa data dari Rumah.com Property Index menunjukkan pergerakan pasar properti dari sisi suplai, sementara survei Rumah.com Property Affordability Sentiment Index H2-2017 ditujukan untuk mengetahui respon pasar dari sisi permintaan.
Sedangkan Rumah.com Property Market Outlook 2018 merupakan kompilasi komprehensif yang menggabungkan data dari sisi suplai dengan sisi permintaan.
“Sampai menjelang akhir tahun 2017, Rumah.com telah menyajikan lebih dari 400.000 data properti dijual dan disewa dari seluruh Indonesia, dengan lebih dari 17 juta halaman yang dikunjungi setiap bulan dan diakses oleh lebih dari 5,5 juta pencari properti setiap bulannya. Dengan statistik tersebut, Rumah.com memiliki akurasi data yang cukup tinggi untuk mengetahui dinamika yang terjadi di pasar properti di Indonesia,” jelasnya, Kamis (21/12/2017).
Dari catatan Rumah.com Property Index 2017, menunjukkan bahwa indeks properti nasional naik tipis 0,4% pada kuartal 2017 (q-o-q) dan berlanjut pada kuartal tumbuh sebesar 0,97% (q-o-q). Pada kuartal III pasar properti terlihat stabil. Sementara pada kuartal IV ini sampai akhir bulan November 2017 indeks properti nasional mengalami kenaikan sebesar 0,91%.
Sementara di sisi volume suplai properti, indeks menunjukkan sedikit fluktuasi dimana pada kuartal I mencatat kenaikan sebesar 11,4% (q-o-q), selanjutnya mengalami penurunan sebesar 2,1% pada kuartal II 2017 (q-o-q). Pada kuartal III 2017 suplai pulih dan meningkat hingga sebesar 10,7% (q-o-q) sedangkan pada kuartal IV ini sampai akhir bulan November 2017 turun sebesar 9,23%.
Di sisi permintaan konsumen, menurut Rumah.com Property Affordability Sentiment Index H2-2017, Jabodetabek masih menjadi lokasi incaran bagi responden yang membeli rumah, dengan Jakarta berada pada posisi teratas, disusul Bogor.
“Secara umum pasar properti Indonesia di tahun 2018 mendatang akan lebih menarik dan prospektif dibandingkan tahun 2017 ini. Satu tahun sebelum tahun politik 2019, pasar properti akan sedikit lebih bergairah dan ini merupakan kesempatan yang tepat untuk membeli properti, baik untuk dihuni atau dipakai sendiri maupun sebagai sarana investasi,” jelas Ike.
Di luar Jabodetabek, Bandung menjadi kota favorit selanjutnya, kemudian disusul Surabaya, dan Semarang. Sementara apartemen sudah menjadi pilihan utama hunian yang akan dibeli, selain rumah tapak cluster.
Pasar properti nasional di tahun 2018 diperkirakan akan lebih positif, melanjutkan tren yang telah terbentuk sepanjang tahun 2017. Di sisi suplai, perlambatan pasar properti pada pertengahan 2018 sebagai dampak Hari Raya Idul Fitri serta Pilkada Serentak 2018 mungkin terjadi, begitu juga menjelang Pemilu Legislatif dan Pemilihan Presiden 2019.
Sementara di sisi permintaan, porsi terbesar akan datang dari rumah tipe menengah dengan harga di bawah Rp700 Juta. Konsumen akan mencari perumahan tipe klaster, terutama di wilayah satelit kota besar dengan akses menuju pintu tol dan sarana transportasi massal. Seiring tumbuhnya suku bunga untuk Kredit Pemilikian Apartemen maka akan terjadi pertumbuhan yang moderat pada hunian jenis apartemen.